latest Post

Pertapaan Bancolono

Pertapaan Bancolono

Tempat pertapaan Bancolono merupakan petilasan Raja Majapahit yang terakhir, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah jatuhnya kerajaan Majapahit, maka raja Brawijaya V dan pengawalnya mengungsi sampai lereng gunung Lawu. Sebelum naik ke puncak Gunung Lawu, raja dan para pengawalnya bersuci (mandi) di sebuah sendang. Setelah bersuci, raja dan pengawalnya naik ke puncak gunung Lawu. Sesampainya di puncak, mereka mendirikan kerajaan. Sendang tempat mandi raja Brawijaya itu, sekarang dikenal sebagai Pertapaan Bancolono.


Pertapan ini masih dianggap keramat oleh banyak orang. Mereka yang melakukan meditasi di pertapan ini, hampir semua permohonannya terkabul. Pertapan ini berada di wilayah desa Gondosuli Kecamatan Tawangmangu, atau berada di bawah jembatan Bancolono, tapal batas antara Jawa tengah dan Jawa Timur.
kalau dari sumber : http://www.suaranews.com/2015/11/kisah-mantan-presiden-mengunjungi.html#sthash.RnxZKmKK.dpbs
Banyak para petinggi negeri ini, seperti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wiranto pernah singgah ke tempat itu. Presiden RI ke-2, Soeharto, saat masih menjabat bersama para pengikutnya pun sering melawat ke tempat itu. Demikian juga dengan Abdurrahman Wahid ( Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, dan sejumlah tokoh lainnya. Mereka datang pada hari pasaran, yakni malam Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon.
Salah satu staf Desa Gondosuli, Amran Guaning Marjuki mengatakan, nama Bancolono diambil dari nama salah satu pengawal Raja Majapahit terakhir, Brawijaya V. Menurutnya ada beberapa orang yang mengawal Brawijaya V, saat melakukan meditasi di Gunung Lawu.
"Bancolono itu nama daerah di situ, juga nama salah satu pengawal Brawijaya V saat melakukan meditasi di sana. Para pengawal Brawijaya itu konon menurut para leluhur kita, menjelma menjadi burung. Para pendaki kalau melihat burung itu, bisa jadi penuntun arah agar tidak tersesat," kata Amran, saat ditemui merdeka.com di Balai Desa Gondosuli.
Bancolono, lanjut Amran, kemudian mempunyai dua anak laki-laki. Mereka diberi nama Gombak dan Kuncung. Konon, mereka hingga saat ini masih sering nampak dan menjaga pertapaan Bancolono.
"Mereka berdua katanya masih menjaga pertapaan. Para pengunjung kadang ada yang diweruhi (melihat) sosok mereka," ujar Amran.
Juru Kunci pertapaan Bancolono, Mbah Sarju (91) menambahkan, kemasyhuran pertapaan berada di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan air laut itu, tak lepas dari adanya dua sendang atau sumber air. Yaitu Sendang Wedok (putri) dan Sendang Lanang (putra), atau kerap disebut Sendang Bancolono.
Sebelum melakukan pertapaan atau meditasi di Ruang Raden, warga atau siapapun harus terlebih dulu mensucikan diri dengan mandi di sendang, sesuai jenis kelamin masing-masing. Kedua sendang terletak di Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Sedangkan pertapaan hanya berjarak 20 meter, terletak di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
"Air Sendang Lanang dan Sendang Wedok itu diyakini pernah digunakan untuk minum dan mandi Prabu Brawijawa V dan keluarganya. Dinasti terakhir Raja Majapahit ketika melarikan diri di puncak Gunung Lawu sebelum muksa (mati tanpa meninggalkan jasad) pada abad XV. Air itu diyakini masih sakti dan bertuah hingga sekarang. Jadi kalau ada orang meditasi di Bancolono, pasti akan menyempatkan diri minum atau cuci muka atau mandi dengan air sendang," kata Mbah Sarju.
Pembangunan pertapaan tak hanya dilakukan oleh pemerintah. Orang-orang yang merasa terkabul permintaannya juga turut menyumbang. Mereka tidak hanya membangun tempat pertapaan, tetapi juga memperbaiki jalan setapak dari jalan raya menuju lokasi, dengan cara memberi paving. Setelah dibangun pada 1989, pertapaan direnovasi kembali pada 1996. Kemudian pada 2001, sejumlah orang yang pernah bertapa dan merasa terkabul permintaannya membangun kamar pertapaan lagi menjadi empat dan lebih permanen.

Pertapaan Bancolono

Tempat pertapaan Bancolono merupakan petilasan Raja Majapahit yang terakhir, yaitu Raja Brawijaya V. Setelah jatuhnya kerajaan Majapahit, maka raja Brawijaya V dan pengawalnya mengungsi sampai lereng gunung Lawu. Sebelum naik ke puncak Gunung Lawu, raja dan para pengawalnya bersuci (mandi) di sebuah sendang. Setelah bersuci, raja dan pengawalnya naik ke puncak gunung Lawu. Sesampainya di puncak, mereka mendirikan kerajaan. Sendang tempat mandi raja Brawijaya itu, sekarang dikenal sebagai Pertapaan Bancolono.


Pertapan ini masih dianggap keramat oleh banyak orang. Mereka yang melakukan meditasi di pertapan ini, hampir semua permohonannya terkabul. Pertapan ini berada di wilayah desa Gondosuli Kecamatan Tawangmangu, atau berada di bawah jembatan Bancolono, tapal batas antara Jawa tengah dan Jawa Timur.
kalau dari sumber : http://www.suaranews.com/2015/11/kisah-mantan-presiden-mengunjungi.html#sthash.RnxZKmKK.dpbs
Banyak para petinggi negeri ini, seperti Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wiranto pernah singgah ke tempat itu. Presiden RI ke-2, Soeharto, saat masih menjabat bersama para pengikutnya pun sering melawat ke tempat itu. Demikian juga dengan Abdurrahman Wahid ( Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, dan sejumlah tokoh lainnya. Mereka datang pada hari pasaran, yakni malam Jumat Kliwon dan Selasa Kliwon.
Salah satu staf Desa Gondosuli, Amran Guaning Marjuki mengatakan, nama Bancolono diambil dari nama salah satu pengawal Raja Majapahit terakhir, Brawijaya V. Menurutnya ada beberapa orang yang mengawal Brawijaya V, saat melakukan meditasi di Gunung Lawu.
"Bancolono itu nama daerah di situ, juga nama salah satu pengawal Brawijaya V saat melakukan meditasi di sana. Para pengawal Brawijaya itu konon menurut para leluhur kita, menjelma menjadi burung. Para pendaki kalau melihat burung itu, bisa jadi penuntun arah agar tidak tersesat," kata Amran, saat ditemui merdeka.com di Balai Desa Gondosuli.
Bancolono, lanjut Amran, kemudian mempunyai dua anak laki-laki. Mereka diberi nama Gombak dan Kuncung. Konon, mereka hingga saat ini masih sering nampak dan menjaga pertapaan Bancolono.
"Mereka berdua katanya masih menjaga pertapaan. Para pengunjung kadang ada yang diweruhi (melihat) sosok mereka," ujar Amran.
Juru Kunci pertapaan Bancolono, Mbah Sarju (91) menambahkan, kemasyhuran pertapaan berada di ketinggian 1.300 meter di atas permukaan air laut itu, tak lepas dari adanya dua sendang atau sumber air. Yaitu Sendang Wedok (putri) dan Sendang Lanang (putra), atau kerap disebut Sendang Bancolono.
Sebelum melakukan pertapaan atau meditasi di Ruang Raden, warga atau siapapun harus terlebih dulu mensucikan diri dengan mandi di sendang, sesuai jenis kelamin masing-masing. Kedua sendang terletak di Kabupaten Magetan, Jawa Timur. Sedangkan pertapaan hanya berjarak 20 meter, terletak di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
"Air Sendang Lanang dan Sendang Wedok itu diyakini pernah digunakan untuk minum dan mandi Prabu Brawijawa V dan keluarganya. Dinasti terakhir Raja Majapahit ketika melarikan diri di puncak Gunung Lawu sebelum muksa (mati tanpa meninggalkan jasad) pada abad XV. Air itu diyakini masih sakti dan bertuah hingga sekarang. Jadi kalau ada orang meditasi di Bancolono, pasti akan menyempatkan diri minum atau cuci muka atau mandi dengan air sendang," kata Mbah Sarju.
Pembangunan pertapaan tak hanya dilakukan oleh pemerintah. Orang-orang yang merasa terkabul permintaannya juga turut menyumbang. Mereka tidak hanya membangun tempat pertapaan, tetapi juga memperbaiki jalan setapak dari jalan raya menuju lokasi, dengan cara memberi paving. Setelah dibangun pada 1989, pertapaan direnovasi kembali pada 1996. Kemudian pada 2001, sejumlah orang yang pernah bertapa dan merasa terkabul permintaannya membangun kamar pertapaan lagi menjadi empat dan lebih permanen.

About Ayub Pujiyanto

Ayub Pujiyanto
Recommended Posts × +

0 komentar:

Post a Comment